Berita TERBARU

Sekali lagi Terimakasih Untuk Banjarnegara

Perjalanan jelang event The PREweweh Da y cukup memukau sepanjang sejarah saya membangun sebuah pergerakan di Banjarnegara. Sejak 2009 saya...

Selasa, 17 November 2020

MEREKA HAMPIR TIDAK PERCAYA JIKA COVID ITU ADA TETAPI MEREKA PERCAYA BAHWA BANTUAN DANA COVID ITU ADA

Kurang lebih 9 bulan yang lalu pandemi virus corona ini memborbardir belahan dunia tanpa ampun. Selama kurang lebih 5 hingga 6 bulan pula masyarakat endonesia mencoba berdiam diri dirumah, melakukan karantina mandiri. Bertahan hidup yang tak berujung, wal hasil apakah virus corona ini hilang? Tentu jawabannya adalah tidak. Media mulai bosan memberitakan sivirus satu ini. Bahkan masyarakatpun mulai muak dengan berita corona, mereke mulai keluar satu persatu menuju pusat-pusat ekonomi. Berjubel bak laron tawon, mereka berinteraksi seperti biasa dipasar-pasar, seakan-akan tidak pernah ada yang namanya covid-19. Ini adalah fakta!

Lalu apa kabar dunia pendidikan wahai nadim...?

Sekolah formal, TK / PAUD, SD, SMP, SMA bahkan Kampus belum ada yang berani membuka diri secara terang-terangan bahwa sekolah dan atau kampus mereka bisa berjalan seperti sediakala.

Salut buat beberapa PESANTREN yang penuh dengan DISIPLIN menjalankan protocol covid-19. Sudah berani membuka diri secara tegas, bahwa pendidikan ini harus berlangsung ! tidak bisa lagi kita membiarkan para santri ini dirumah saja. Akan hilang semua ajaran, terkikis oleh kerasnya keadaan dan waktu, jika kita biarkan para santri ini terus menerus dirumah saja. Segala macam upaya disiplin tinggi protocol covid-19 di jalankan dengan pantauan intens dari para dokter professional. Luar biasa ! saya memberikan hormat setinggi-tingginya dan angkat topi buat para pesantren yang sudah move on seperti ini.

Belum lagi jika kita mengupas agak sedikit mendalam tentang peransih para kiyai dan pengurus pesantren yang memberikan biaya sangat murah selama masa karantina santri dari rumah ke pondok pesantren. Yaqin, ini membuat saya ta’dim dan menaruh rasa hormat dan terimaksih yang setinggi-tingginya buat para pengasuh pendok pesantren yang sejak 4 bulan yang lalu sudah mulai on pendidikan-nya. Semua yang dilakukan tentu dalam rangka meneruskan ajaran pendidikan buat para santri sebagai penerus perjuangan para wali. Dan juga membantu rakyat kecil yang masih terlilit persoalan keuangan karena pendemi ini. Dalam bingkai 2 poin inilah saya merasa bahwa bangsa ini masih bisa dipertahankan karena kemulian hati mereka.

Sebuah kontradiksi yang memprihatinkan bukan ?
Sekolah formal yang 80% lebih dananya diambil dari Negara, tak berdaya karena corona hingga sekarang. Tetapi pesantren yang 80% dananya diambil BUKAN dari Negara malah bisa move on demi TIDAKnya “ lost generations “ dikemudian hari. Sekali lagi salut buat para pesantren dan prihatin dengan dunia pendidikan formal kita.

Lalu apakah tidak ada solusi buat pendidikan formal kita ? jelas ada dunk. Bukankah system pendidikan dan pengajaran jarak jauh alias dari rumah saja masih terus berjalan ? ini kan ndak mandeg alias berhenti pendidikannya. Para siswa masih terus belajar dan mengerjakan tugasnya cukup dari rumah saja. Ngeleees... padune ra wani nganakna pendidikan formal seperti sediakala. Mas..., bukannya kami ndak berani untuk mengadakan pendidikan formal seperti sediakala. Tetapi banyak sekali faktor yang harus kita pertimbangkan, demi keselamatan para siswa dan pendidik. Ingat, masyarakat kita belum terbiasa dengan disiplin tinggi loh yak.... ? angeell angel....

Ndaklah..., masyarakat manut ka nek ana aturan tegas. Hadegh... malah berdebat ra karu-karuan..., pesantren dah on the way 4 bulan yang lalu, kiye malah debat baen isine..., kapan mulai sekolahe....? ahahhaha...

Loncat ke sector ekonomi...

Sebagaimana dalam judul diatas, saat ini keadaanya hampir seperti itu. Mereka mulai tidak percaya bahwa covid-19 itu ada. Tetapi mereka percaya bahwa bantuan covid-19 itu ada. BLT dari 200ribu, 400an ribuan hingga 2juta-an keatas adalah fakta yang kita temukan dan kita terima sebagai masyarakat kecil dari Negara dan atau pemerintah. Sekecil dan sebesar apapun nilai bantuan-nya ini amat sangat membantu masyarakat kecil. Terimakasih Negara dan pemerintah yang sudah melakukan upaya ini.

Para pakar ekonomi, pengamat ekonomi, bahkan tukang sayur saat ini pada ngerti dan pinter bicara. Bahwa Negara bakalan mengalami devisit dan krisis ekonomi jika sector ekonomi ini tidak mulai di genjot lagi. Mungkin alasan inilah yang akhirnya pemerintah membiarkan berjubelnya pasar-asar tradisional tanpa protocol covid, sejak 4 – 5 bulan yang lalu.

Bagi saya pribadi yang memiliki usaha kecil-kecilan dalam bidang advertising, jujur saja sangat terasa sekali dampaknya, efek dari pendemi corona ini. Penurunan omset hingga 90% ini luar biasa bagi saya, artinya jika sehari kita bisa dapat 50rb, maka dampak pendemi ini, menjadikan omset saya perhari jadi 5rb perak, ngglinding nolnya satu digit entah kemana. Ahahhahaa....

Meski sejak 3 bulan yang lalu berangsur-angsur mulai naik dari 5rb perak / hari jadi 10rb dan 15rb. Toh jika dihitung dengan kebutuhan pengeluaran juga masih jauh dari kurang. Tetapi tetap saya syukuri. Sebab saya tidak sendiri alias ada banyak orang diluar sana yang mengalami hal yang sama bahkan lebih buruk dari kondisi saya. Tetapi masih bisa bertahan hidup hingga saat ini.

ya, “ BERTAHAN HIDUP “ pada saat ini adalah konsep dasar agar sendi-sendi ekonomi masyarakat masih terlihat alias tidak mati. Ini sebenarnya sudah lampu merah. Agar pemerintah segera focus juga pada titik ini. Karenanya keluarlah bantuan dana UMKM. Bantuan ini sebenarnya dalam rangka merubah lampu merah menuju lampu kuning. Agar sector ekonomi kecil mulai bisa sedikit bergerak, tidak hanya saja sekedar bertahan. Semoga bantuan UMKM ini tepat. Mari kita kawal bersama. Ben nyong ya bisa melo olih bantuan UMKM kayak kuwek mangsudnya.... huehehehe....

Nah...., setelah pemerintah faham pada titik lampu merah dan berupaya membantu para UMKM dengan bantuan dana UMKM, harapan-nya para UMKM bisa sampai pada titik lampu kuning. Lalu bagaimana fase berikutnya untuk menuju lampu hijau...? adakah program yang sustainable dari pemerintah ? saya belum mendengarkan penjelasan yang gamblang akan hal ini, agar rasa optimisme itu muncul... kita tunggu bersama yak....

Sosial Budaya

Masuk pada tatanan baru perilaku hidup bermasyarakat. Sisi positif yang baik adalah kita mulai terbiasa hidup bersih, habis dari mana saja lalu masuk kemana, dimana-mana tersedia CUCI TANGAN. Ini keren menurut saya, bukankah kebersihan itu sendiri sebagian dari iman ?

Maskerisasi, ini yang unik. Sering sekali saya menjumpai temen dijalan dan dimanapun. Mereka tidak bisa mengenali saya. Sebab saya memakai masker dan pake helm, ahahhaaha.... “ sedikit menyembunyikan identitas pribadi pada public “ ini jadi budaya baru yang mau tidak mau, suka tidak suka akan terus berlangsung sampai kurun waktu yang kita tidak tau kapan budaya ini akan berhenti. Satu hal yang pasti, pnegusaha masker tumbuh dimana-mana. Ehehehe...

Menjaga jarak fisik ini yang kita lihat masih cukup angel alias sulit, kecuali di instansi pemerintah, perbankan dan sector formal lain. Selebihnya berdekatan itu tetap indah dan hangat bro...., ini fakta ! belum menjadi sebuah budaya baru, terlibih kebiasaan jabat tangan. Aw... sungguh susah untuk dihilangkan, sebab budaya jabat tangan ini telah mengakar kedalam tulang sumsum setiap menungsa endonesia. Ketemu ora salaman rasane ora sah alias ana sing cuwa. Iya ora kang....? ngaku bae... hehehhe

Penutup

Memang benar bahwa akhir-akhir ini pemberitaan media tentang covid sudah mulai sepi. Tetapi bukan berarti corona itu sudah tidak ada. Justru kita mesti jauh lebih hati-hati dengan tetap menerapkan standard protocol covid-19. Sebab angka dan pemberitaan yang sedikit inilah yang berbanding terbalik dengan kondisi real dimasyarakat. Semoga kita semua senantiasa dalam lindunganNya, sehat dan rejeki mengalir berkah seperti semula bahkan lebih dari sebelum adanya covid-19.

Tetap semangat untuk anak dan cucu kita dan untuk generasi Bangsa berikkutnya !

Banjarnegara, 17 Novenver 2020
WHOnesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar