Berita TERBARU

Sekali lagi Terimakasih Untuk Banjarnegara

Perjalanan jelang event The PREweweh Da y cukup memukau sepanjang sejarah saya membangun sebuah pergerakan di Banjarnegara. Sejak 2009 saya...

Selasa, 28 Maret 2017

Ono Kunthul dhi undhang Dhandhang, ono Dhandhang di undhang Kunthul

Siang itu tiba-tiba terngiang sebuah wejangan dari mbah Guno yang sudah lama hampir terlupakan. “ le..., sesuk iku nek bumi iki wis mulai tuwo, titeni yo le.... “, dimasa yang akan datang ketika bumi ini sudah tuwa ( jaman akhir ), perhatikan ya nak... :
01.    Tanah Jawi bengkingan wesi
02.    Ono jaran doyan trasi
03.    Ono maling lungguh kursi
04.    Tukang jaluk cekelan wesi

“ Iku ciri-ciri yen bumi iki wis tuwo, menurut leluhure dewe le...” ( itu ciri bahwa bumi ini sudah tua / jaman akhir, menurut para leluhur kita nak... )

Haduh..., kening ini terasa lama berkernyit tanda bahwa saya harus mengurai lebih dalam lagi, apa makna dibalik empat wejangan tersebut diatas.

Singkat cerita, setelah bertanya dengan kesepuhan ternyata makna empat wejangan tersebut adalah :
01.    Tanah Jawi bengkingan wesi ( Tanah Jawa memakai sabuk besi )
Bahwa salah satu tanda bumi ini sudah tua dengan di tandainya pulau jawa di kelilingi oleh togor-togor besi yang menjulang tinggi, seperti togor listrik yang sambung menyambung dari ujung barat ke timur, selatan ke utara. Dan ini sudah terbukti, bahkan ditambah lagi dengan menara-menara operator seluler yang berada dimana-mana, diseluruh pelosok tanah jawa. Sekali lagi, nasehat ini sudah terbukti.

02.    Ono jaran doyan trasi ( ada Kuda suka makan trasi )
Bahwa jaran itu adalah kuda, kuda itu disebut sebagai turonggo, turonggo itu tunggangan / kendaraan. Salah satu ciri bumi ini sudah tua / jaman akhir ditandai dengan adanya kendaraan yang suka makan trasi. Apa makna di balik nasehat tersebut. Ternyata setelah di selidiki tidak ada kuda yang suka makan trasi. Trasi itu bumbu yang terbuat dari ikan asin. Yang suka makan trasi adalah manusia itu sendiri. Jaran / kuda sebagai turonggo / kendaraan, pada saat ini telah di ganti dengan mobil, motor ( mesin ) yang di kendarai oleh manusia. Dan jumlah kendaraan yang luar biasa banyak ini, sudah sampai ke pelosok-pelosok tanah jawa. Lihat saja di kampung-kampung kita sendiri. Tiap rumah pada saat ini, minimal memiliki satu kendaraan motor. Bahkan ada yang dua, tiga bahkan empat sampai dengan lima kendaraan dalam satu rumah / keluarga. Dan setiap pengendara motor tersebut menyukai trasi. Hahahaha.... bener ora ?

03.    Ono maling lungguh kursi ( ada pencuri duduk di kursi )
Bahwa salah satu tanda bumi ini sudah tua / jaman akhir adalah adanya pencuri yang hanya cukup duduk di kursi, di belakang meja.  Ini sudah terjadi, dengan maraknya korupsi yang ada di bumi nusantara ini, si pencuri / koruptor tersebut tidak harus bekerja layaknya pencuri di sawah-sawah atau di kebun-kebun. Cukup duduk manis di belakang meja saja, mereka sudah mendapatkan banyak harta untuk dirinya dan juga kroninya. Luar biasa...!!! ( ora usah disebutkan contone, mesti wis mudeng deweklah.... hehehehe )

04.    Tukang jaluk cekelan wesi ( ada pengemis / peminta-minta tetapi membawa senjata )

Nah ini juga sudah terjadi gan..., pengemis di akhir jaman ketika bumi ini sudah dianggap tua, bukan lagi bertampang dan berpakaian seperti pengemis pengemis yang ada dalam bayangan kita gan... Tetapi mereka berseragam resmi dan bahkan memiliki senjata loh.... Hayo.... arep kepriwe dewek jajal..., pengemis model kek gini ini yang memusingkan gan..., dikasih mintanya tidak mau sedikit alias harus banyak, gak di kasih nodongin senjata. Modyar dewek yak...? mau tidak mau kita harus ngasih pada pengemis yang model kek gini ini... pusing kan...? sama ame ane....wkwkwkwk.... ( ini sudah terjadi juga bung )

Nah, ketika semua tanda sebagaimana tersebut diatas sudah terbukti dan teruji. Lalu bagaimana sikap kita...???
Mbah Guno melanjutkan nasihatnya :
01.    Nek ono ara uru, ojo melu
02.    Nek ono ara iri, meluo

Aduh..., pusing maning kiye...., apa artinya yak...???
Ternyata makna nasehat tersebut adalah :

01.    Nek ono ara uru, ojo melu

Jikalau bumi ini sudah tua / jaman akhir dan sudah terbukti empat ciri-ciri sebagaimana tersebut diatas, maka kalau ada huru hara, demonstrasi yang tidak jelas pangkal dan ujungnya, tidak jelas latar belakang, maksud dan tujuan-nya, seyogyanya kita tidak usah ikut-ikutan. Sebab hanya akan menambah keruh susasana alias tidak memberikan solusi. Tetapi...
02.    Nek ono ara iri, meluo
Jika ada kegiatan sosial, kerja bhakti, kegiatan kemanusiaan, terlibat aktiflah demi menebarkan kebaikan dimuka bumi ini.

Terakhir, dari empat ciri bumi sudah tua / jaman akhir dan bagaimana solusinya, mbah Guno weling marang awake dewek.... sesuk meneh bakalan “ Ono Kunthul dhi undhang Dhandhang, ono Dhandhang di undhang Kunthul “ ( Mbah Guno mengingatkan pada kita semua bahwa suatu ketika nanti ketika bumi sudah tua / jaman akhir, akan kita jumpai burung bangau dipanggil seperti alat untuk memasak dan tempat memasak itu dipanggil burung bangau ) wuah mumeti iki... 

Gini gan maksudnya, burung bangau itu simbul. Dan dhandang ( alat memasak jaman kuno ) itu juga simbul. Bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya burung bangau yang berbulu hitam. Semua burung bangu berbulu putih. Ini menggambarkan bahwa burung bangau itu dianggap sebagai golongan putih. Yang memiliki niat baik, perkataan baik, perilaku baik, dan berjuang dengan cara-cara yang baik, untuk memperjuangkan kebaikan itu sendiri.

Sedangkan dhandhang adalah alat memasak pada jaman kuno, yang namanya alat memasak pada saat itu pastilah bawahnya berwarna hitam. Sebab terbakar oleh api. Jadi tidak ada dhandhang yang bawahnya berwarna putih, semua dhandhang ya berwarna hitam. Ini adalah simbul menggambarkan bahwa dhandhang itu sebagai golongan hitam.

Kita akan terkecoh ketika bumi ini sudah tua / akhir jaman, golongan putih kita sebut sebagai golongan hitam dan celakanya lagi golongan hitam kita puja-puja sebagai golongan putih. Orang yang berjuang sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat dan bangsa di tuduh riya dan disebut sebagai pengkhianat. Tetapi mereka yang akan, telah dan sedang mengeruk kekayaan bumi nusantara untuk dirinya sendiri dan golongannya, kita sebut sebagai pahlawan negara yang harus di puja dan di hormati.

Ini sangat menyakitkan bung!!! Akan terjadi dan bahkan sudah terjadi di bumi Mbanjarnegara bahkan Nusantara. Sulit membedakan mana kawan dan mana lawan. Sebab semua baik di depan kita. Bahkan kita akan mengalami kesulitan untuk membedakan siapa kaum penjilat dan siapa kaum pemuji, sebab hal ini sangat tipis perbedaannya.

Akhir kata saya kutip dua kalimat nasehat yakni “ For a fighting nation, there is no journeys end “ bahwa untuk perjuangan nasionalis, tidak akan pernah mengenal berhenti. By : Bung Karno dan “ Isy kariiman au mut syahidan “ hidup terhormat atau mati sebagai syahid ( pejuang ).

Banjarnegara, 28 Maret 2016

Wahono Abadi
Welcome to Fu..king Economic Imperializm

Thanks for GH atas petuah dan pengajiannya
Semoga Alloh SWT, senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan untuk kita semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar