Membangun Manusia Indonesia yang Seutuhnya merupakan konsep DASAR
pendidikan bangsa Indonesia. Yang dalam hal ini tentu menjadi tanggungjawab dan
wewenang dari Mentri Pendidikan dan lembaga yang di tanganinya.
Berbagai macam jenis kurikulum coba di berlakukan untuk dapat meraih tujuan
pendidikan tersebut diatas. Dari konsep kurikulum Long Life Eduction, Kurikulum
berbasis Kompetensi, Kurikulum Berbasis Budaya hingga kurikulum berbasis
Karakter.
Namun demikian gonta-gantinya kurikulum tersebut diatas, ternyata belum
mampu juga menjawab kebutuhan pendidikan bangsa ini sebagaimana tertuang dalam
konsep dasar pendidikan nasional. Yakni kebutuhan dasar Membangun Manusia
Indonesia yang Seutuhnya. Terlebih carut-marutnya program UN ( Ujian Nasional
bukan Urip Ngapak hehehe... ), menambah jauh tercapainya tujuan dasar
pendirikan nasional kita.
Lalu bagaimana agar konsep dasar pendidikan nasional kita dapat segera
tercapai ?
Sekali lagi salah satu pendiri bangsa ini yakni Bung Karno pernah
memberikan konsep dasar pembangunan bangsa, yang hingga saat ini saya pikir
masih sangat mujarab dan akan relevan hingga kapanpun untuk menjawab persoalan
jaman. Termasuk persoalan pendidikan bangsa.
Beliau pernah bilang begini “ untuk membangun sebuah nasionalisme, mustahil
jika tidak di lakukan dengan cara membangun rasa cinta terhadap daerah. Dan itu
artinya sama dengan nihilisme alias omong kosong. Kedua ; untuk membangun
nasionalisme, mustahil dapat di lakukan, jika kita tidak menyelenggarakan
keadilan sosial bagi masyarakat. Ketiga : Untuk membangun keadilan sosial,
mustahil terjadi, tanpa kita mampu membangun kecukupan, ketahanan dan
kedaulatan sandang, pangan lan papan “.
Dari ketiga nasehat Bung Karno ini, tentu kita dapat mengambil poin penting
yang dapat kita lakukan untuk pembenahan system pendidikan kita. Betapa
kurikulum kearifan lokal ini menjadi penting dan kuat guna membangun rasa
nasionalisme bangsa. Manusia-manusia yang faham dengan dirinya, budayanya dan
juga sejarah bangsanya inilah yang dapat bertahan dan melejit di era global
pada saat ini. Bukan sekedar menguasai palajaran matematika dan bahasa ingris
semata yang dapat memenangkan persaingan global. Tetapi lebih dalam dari itu,
ia faham dengan persoalan dan kebutuhan kekinian. Ia faham sebab ia telah
belajar tau diri, kenal diri, mengenal diri hingga akhirnya ia tau siapa jati
dirinya, jati diri bangsa dan budayanya. Inilah manusia indonesia yang seutuhnya.
Sekali lagi dalam rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya,
kekuatan mulok alias kurikulum muatan lokal menjadi sangat kental untuk
menentukan keberhasilan ketercapaian system pendidikan kita setelah munas (
Kurikulum muatan Nasional ). Tentu keberhasilan tujuan dasar pendidikan bangsa
ini tidak akan berhasil juga, jika stekholder pendidikan tidak memiliki
kesamaan mindset dalam meraih tujuan tersebut. Oleh karenanya, selain kurikulum
itu adalah syarat mutlak harus baik, bagus dan tepat, para penyelenggara
pendidikan-pun mesti faham dan terinstal sisi-sisi nasionalisme dan
perjuangan-nya dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terakhir, dalam rangka ketercapaian tujuan dasar pendidikan nasional adalah
sarpras alias sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan memiliki daya
saing yang bagus. Sehingga dengan ini anggaran pendidikan sebesar 20% belum
tentu cukup, juga bisa jadi lebih di setiap daerah. Artinya tidak ada ukuran
baku mesti berapa persen di setiap daerah, untuk mengalokasikan anggaran
pendidikan demi tercapainya tujuan dasar pendidikan nasional kita.
Jabat erat jiwa saya untuk Banjarnegara dan juga Ibu Pertiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar