Berita TERBARU

Sekali lagi Terimakasih Untuk Banjarnegara

Perjalanan jelang event The PREweweh Da y cukup memukau sepanjang sejarah saya membangun sebuah pergerakan di Banjarnegara. Sejak 2009 saya...

Senin, 23 Oktober 2017

Sepenggal Cerita Mirunggan Sesi Pertama

Menemukan Identitas Banjarnegara 
Setu Legi, 23 September 2017 

Siang itu terasa panas dan di badan terasa tidak seperti biasanya, mungkin karena mendung kelabu mencoba hadir di banjarnegara atau justru akan ada rembulan indah datang untuk kita semua. I dont know, tiba-tiba hp berbunyi thit..., tanda ada sesorang yang mengirim pesan melalui WA. Hp saya buka dan ternyata kang taat sudah sampai di kampus satu. Baiklah, tanpa basa basi, kang taat langsung ane samperin. Kang taat ini adalah ketua OC untuk kegiatan Mirunggan. 

Tidak sampai dua menit, sepeda motor kang oyan nongol dari balik jalan menuju tempat kita nongkrong, seperti biasanya kang oyang selalu di dampingi oleh kawan setianya yakni mas eko budi. Kang oyan ini adalah sekretaris dan mas eko adalah bagian perlengkapan di acara Mirunggan. 

Singkat cerita kita melakukan breafing berempat untuk kesiapan acara nanti malam, dimulai dari ngecek daftar undangan peserta mirunggan, perlengkapan, konsumsi dan lain-lain. 80% persiapan sudah matang. Tinggal pasang backdrop, hidupin sound maka sudah 90% aman. Maka 10% lagi adalah kehadiran seluruh peserta sesuai target, kemudian cukuplah kita akan bilang event mirunggan ini berhasil dari sisi organized.   

Lalu bagaimana dengan content Mirunggan sesi pertama ini...?
Saya sudah sampaikan pada seluruh jajaran SC maupun OC di kepanitiaan Mirunggan. Bahwa jika Mirunggan ini kepingin menjadi sebuah kegiatan yang ngangenin. Tidak ada kata lain selain RUHnya harus hidup. Agar RUH Mirunggan ini hidup, maka kita mesti bisa mengambil tema yang kuat, sustainable, comprehensive and integral pada setiap sesinya. 


Maka bertemulah saya dengan kang Imam Ustaat ( Aktifis Senior yang sekarang masih menjabat sebagai salah satu dedengkot KPU Banjarnegara ), kang Toto ( Aktifis senior yang konsisten di pergerakan LSM Kembangmas ), Kang Drajat ( Aktifis senior yang sudah terbranding dengan istilah Dewan Kesenian, meski DK ini sudah tidak ada lagi alias mati suri...hiks ), Kang Taat sebagai ketua panitia OC Mirunggan ( Aktifis pergerakan TARGET dan TIK ), kang Gatot aktifis pers dan kawan-kawan OC lain. 

Dalam pertemuan ini kita membahas Kurikulum Mirunggan untuk duabelas episode. Dan setelah melalui perdebatan yang cukup sengit, akhirnya kita bersepakat bahwa tema yang akan kita usung pertama kali adalah “ Menemukan Identitas Banjarnegara “. Mengapa ? sebab sudah 186 tahun yang lalu Banjarnegara berdiri, kita masih kebingungan untuk mendefinisikan siapa kita. Banyak sekali orang di negeri ini yang belum mengenal Banjarnegara. Maka sudah sepantasnya sebelum kita diskusi pada tema dan atau sub-sub tema yang lain, tema ini kita bahas terlebih dahulu. 

Waktu terus berjalan, H min satu minggu Tema “ Menemukan Identitas Banjarnegara “ coba kita luncurkan ke publik, melalui media sosial. Sehari, dua hari, tiga hari, respon publik gak begitu ngeh..., jujur saja saya agak pesimis melihat kenyataan ini. Namum di malam ke empat, ternyata beberapa aktifis budaya, lingkungan, partai, sosial menyambangi saya di suatu tempat. Dan selama dua jam kita ngobrol, kesimpulannya bukan tidak ada tanggapan tetapi justru mereka sebenarnya pada berfikir keras, mencari apa sebenarnya, sperti apa identitas kita. Sampai pada sebuah kata bahwa Identitas Banjarnegara adalah Tanpa Identitas. Serempak kita langsung pada tertawa ekekekek.... 

Pertemuan itulah yang saya anggap sebagai pra Mirunggan, sebab disitu diskusinya cukup pelik. Sebab jika kita hendak menyebut Banjarnegara sebagai kota SALAK. Pertanyaanya apakah semua kecamatan di banjarnegara memproduksi salak? Ada berapa kecamatan di Banjarnegara yang memproduksi salak. Lalu apa bedanya salak Banjarnegara dengan salak lain ? lalu ada berapa farian produk dari buah salak yang sudah di kembangkan oleh para stakeholder salakisasi ? sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban.

Lalu DAWET AYU, jika kita hendak menyebut Banjarnegara sebagai kota DAWET. Apakah cukup hanya dengan memiliki patung dawet di alun-alun Banjarnegara dan satu outlet dawet ayu bersejarah di daerah terminal lama? Atau cukup dengan kegiatan seperti Banjar Banjir Dawet di acara Festival Serayu ? bisa kita sedikit amini bahwa banyak branding diluar sana tentang Dawet Ayu Asli Banjarnegera, sudah melanglang buana di berbagai propinsi di Endoensia. Tetapi apa bedanya Dawet Ayu Asli Banjarnegara dengan Dawet lain seperti Dawet Geboy Bandung...? masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab.  

Tentang DIENG. Jika kita hendak menyebut Banjarnegara sebagai Kota WISATA ( Dieng ) ternyata kita kalah branding dengan kabupaten tetangga yakni Wonosobo. Kabupaten tetangga ini sudah membranding bahwa dieng adalah milik Wonosobo dengan membuat 9 Replika Candi Dieng di berbagai titik strategis menuju Kabupaten Wonosobo. Lagi-lagi kita kalah cepat membranding Dieng. Belum lagi jika kita bicara tentang akses jalan utama menuju Dieng. Hadegh....

Terus tentang KOPI, DOMBA, SERAYU dan lain-lain. Semua masih memerlukan kajian yang mendalam untuk di jadikan sebagai icon khusus Banjarnegara. 
Tetapi melalui Mirunggan sesi pertama yang mengambil tema “ Menemukan Identitas Banjarnegara “ ini, akhirnya 90% kita mengamini bahwa Banjarnegara memerlukan Tagline yang kuat. Dan ternyata sudah satu tahun yang lalu Tagline ini di gagas namun belum tersosialisasikan bahkan secara resmi pemda juga belum memutuskan apakah tagline ini akan di gunakan atau tidak. Tagline ini adalah “ The Heart of Central Java “. 

90% peserta yang hadir dalam acara Mirunggan sesi pertama mengamini tagline manis ini. Kang Kartono, salah satu aktifis Banjarnegara yang aktif di Ibu Kota menekankan kembali arti penting tagline ini, agar supaya kita semua terutama pemda untuk segera me-launching, sebelum di gunakan oleh kota lain dan di brand oleh kota lain. 

Banjarnegara The Heart of Central Java, sesuatu banget emang...
Manis di dengar dalam bahasa ingris, dan enak di dengar ketika di bahasa Indonesiakan “ Banjarnegara Jantungnya Jawa Tengah “ dan mak sleb juga ketika di gunakan dengan bahasa ngapak “ mBanjarnegara jantunge jawa tengah “.

Icon Banjarnegara bisa apa saja tanpa kita harus ribet berdebat ini dan itu. Sepanjang konsisten untuk menjadikan sesuatu sebagai icon, maka do it. Banjarnegara bisa memiliki icon seperti, salak, carika, dawet ayu, kopi, domba, duren, gula aren, jahe, serayu, dieng, dan lain-lain. Silahkan para stakeholder iconisasi sebagaimana tersebut diatas membuat diferensiasi produk atasnya. Kita semua sebagai warga Banjarnegara cukup mengamini dan ikut serta nyengkuyung untuk membantu mempromosikan sesuai dengan kapasitas masing-masing. 

Inilah sepenggal cerita tentang mirunggan sesi pertama 
Terimakasih buat peserta yang telah hadir diantaranya : 
1. Perwakilan Komunitas IKEBARAS ( Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Banjarnegara yang ada di kota Semarang )
2. Perwakilan Komunitas Alumni Mahasiswa asal Banjarnegara 
3. Perwakilan Komunitas Karang Taruna
4. Perwakilan Komunitas Pecinta Alam ( Sekber ) 
5. Perwakilan Komunitas Fotografi 
6. Perwakilan Komunitas Seniman dan Budayawan Banjarnegara
7. Perwakilan Komunitas dan Stakeholder Salakisasi Banjarnegara
8. Perwakilan Komunitas peduli UMKM dan Bisnis Banjarnegara yang di Jakarta 
9. Perwakilan Komunitas PASKHAS ( Produk Khas Banjarnegara )
10. Perwakilan Komunitas Pecinta Sepak Bola Banjarnegara ( Persibara ) beserta pengurus dan juga calon NyoBan Fans Club 
11. Perwakilan Komunitas  SENDAWA ( Seniman Daerah Wanayasa ) yang terus konsisten dengan Kuduran Budaya-nya.
12. Perwakilan Komunitas Komunitas Duren Ndirun Sigaluh ( Kang Eko ) 
13. Perwakilan LSM se Banjarnegara ( a specially kang Toto Kembangmas )
14. Perwakilan seluruh SKPD se Banjarnegara 
15. Perwakilan Komunitas Band / Musik Banjarnegara 
16. Perwakilan Komunitas Sulap / Magiciant Banjarnegara 
17. Perwakilan Komunitas PSYDI ( Kang Moes CS ) 
18. Kawan kawan PERS 
19. Dan spesial buat team Mirunggan, senior cityzen, thanks alote. Fasilitator Mbak Yani CS, suwun banget kiye. 
20. Serta kawan-kawan lain yang belum bisa kita sebut satu persatu, kalian luar biasa dan terimakasih atas segala dukungan-nya.

Tema Mirunggan edisi kedua adalah : 
“ MenelaahPersoalan Pendidikan Banjarnegara dan melihat pendidikan Banjarnegara untuk 10 Tahun kedepan “ 
Kita tunggu kembali partisipasi aktif kawan kawan komunitas baik yang sudah hadir maupun belum. Dan kita tunggu siaran live dari kawan-kawan radio yang sudah sempat sounding untuk membantu menyiarkan diantaranya, POP FM dan juga RSPD Banjarnegara. 

Ayo Viralkan Mirunggan sebagai media yang ngangenin untuk kita semua
Mirunggan Sebuah Rembug untuk Banjarnegara yang lebih dari sekedar curhat
Welcome to Banjarnegara, The Heart of Central Java

Banjarnegara 24 September 2017
Rektor BCU 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar